Kamis, 10 Juni 2010

Cara Yahudi Mendidik Anaknya Supaya Pintar

Artikel DR Stephen Carr Leon patut menjadi renungan
bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada tiga
tahun di Israel karena menjalani housemanship di beberapa rumah sakit
disana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik
sebagai bahan tesisnya, yaitu, "Mengapa Yahudi Pintar?"



Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang
menghitung hari untuk pulang ke California , terlintas dibenaknya, apa
sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa Tuhan memberi kelebihan kepada
mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?

Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk PhD-nya. Sekadar untuk Anda
ketahui, tesis ini memakan waktu hampir 8 tahun. Karena harus mengumpulkan
data-data yang setepat mungkin.

Marilah kita mulai dengan
persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu
mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan
bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.


Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering
membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat
diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.

Stephen
bertanya, "Apakah ini untuk anak kamu?" Dia menjawab, "Iya,
ini untuk anak saya yang masih didalam kandungan, saya sedang melatih
otaknya, semoga ia menjadi jenius." Hal ini membuat Stephen tertarik
untuk mengikuti terus perkembangannya.

Kembali ke matematika
tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika
sampai genap melahirkan. Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara
makan. Sejak awal mengandung sang ibu suka sekali memakan kacang badam dan
korma bersama susu.

Tengah hari makanan utamanya roti dan
ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai
jenis kacang.

Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh
baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandung kimia yang tidak
baik yang dapat merusak perkembangan dan pertumbuhan otak anak di dalam
kandungan. Ini adalah adat orang-orang Yahudi ketika mengandung. Menjadi
semacam kewajiban untuk ibu-ibu yang sedang mengandung mengkonsumsi pil
minyak ikan..

"Ketika saya diundang untuk makan malam
bersama orang-orang Yahudi, perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada
setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan
ikan (hanya isi atau fillet)."

Biasanya kalau sudah
ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja.
Menurut mereka, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad
dan kacang adalah suatu kemestian, terutama badam.

Uniknya,
mereka akan memakan buah-buahan dahulu sebelum memakan hidangan utama.
Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan
dihidangkan buah-buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan
karbohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah-buahan, ini akan
menyebabkan kita merasa mengantuk, lemah dan payah untuk memahami
pelajaran di sekolah.

Di Israel, merokok adalah tabu,
apabila Anda diundang makan di rumah Yahudi, jangan sekali-kali merokok.
Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka, menyuruh
Anda merokok di luar rumah.

Menurut ilmuwan di Universitas
Israel , penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada
otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal
membawa generasi yang cacat otak (bodoh). Suatu penemuan yang dahsyat
ditemukan oleh saintis yang mendalami bidang gen dan DNA.

Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi.
Mereka sangat memperhatikan makanan. Makanan awal adalah buah-buahan
bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil
lever).

Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh
cerdas. Rata-rata mereka memahami tiga bahasa yaitu Hebrew, Arab, dan
Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih main piano dan biola. Ini adalah
suatu kewajiban. Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat
meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar.


Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak. Tak
heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.

Seterusnya di
kelas 1 hingga 6, anak-anak Yahudi akan diajar matematika berbasis
perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen,
perbandingan anak-anak di Calfornia, dalam tingkat IQ-nya bisa dikatakan 6
tahun kebelakang!

"Segala pelajaran akan dengan mudah
ditangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi, olahraga menjadi
kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan ialah memanah, menembak,
dan berlari. Menurut teman saya ini memanah dan menembak dapat melatih
otak memfokus sesuatu perkara disamping mempermudah persiapan membela
negara."

"Selanjutnya perhatian saya menuju ke
sekolah tinggi (menengah) disini murid-murid digojlok dengan pelajaran
sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka
kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan
serius. Apalagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis, dan teknik.
Ide itu akan dibawa ke jenjang yang lebih tinggi."

"Satu lagi yang diberi keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya
sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan serius belajar
ekonomi. Di akhir tahun di universitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan
proyek. Mereka harus mempraktekkannya. Dan Anda hanya akan lulus jika tim
Anda (10 pelajar setiap tim) dapat keuntungan sebanyak US$ 1 juta! Anda
terperanjat? Itulah kenyataannya. "

Kesimpulan, pada
teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah
keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu
proses, melewati beberapa generasi mungkin?

Kabar lain
tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina.
Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina? Terjawab sudah mengapa
agresi Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri
pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza .

Seperti
yang kita ketahui, setelah lewat dua minggu, jumlah korban tewas akibat
Holocaust itu sudah mencapai lebih dari 900 orang. Hampir setengah darinya
adalah anak-anak.

Selain karena memang tabiat Yahudi yang
tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan
lalu, seusai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismail Haniya, pemimpin Hamas,
melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Qur'an.

Anak-anak yang sudah hafal 30 juz al-Qur'an ini menjadi sumber
ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam seusia muda itu mereka sudah
menguasai al-Qur'an, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti
apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang
Yahudi.

Tidak heran jika anak Palestina menjadi para
penghapal al-Qur'an. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh
Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur'an. Tak
ada yang main playstation atau game. Namun kondisi itu memacu mereka untuk
menjadi para penghapal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan
sang penjajah, sekitar 500 bocah penghapal al-Qur'an itu telah syahid.

Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa
generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa
jadi Indonesia . Ambil contoh tetangga kita yang terdekat, Singapura.

Contoh yang penulis ambil sederhana saja, rokok. Benarkah
merokok dapat melahirkan generasi "tulalit"? Kata tulalit
diambil bukan dari penulis, tapi kata itu dari Stephen Carr Leon sendiri.
Dia sudah menemui beberapa bukti yang menyokong teori ini. "Lihat
saja Indonesia ," katanya seperti dalam tulisan itu. "Jika Anda
ke Jakarta , dimana saja Anda berada; dari restoran, teater, kebun bunga
hingga ke museum, hidung Anda akan segera mencium asap rokok! Dan harga
rokok? Cuma 70 sen dolar! Hasilnya! Dengan penduduk berjumlah jutaan
orang, ada berapa banyakkah universitas? Hasil apakah yang dapat
dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain
dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai
bahasa Inggris? Adakah ini bukan akibat merokok? Anda pikirlah
sendiri?"

Sabili Edisi No. 16 Th XVI 26 Februari
2009/1 Rabiul Awal 1430H

0 comments:

Posting Komentar

komentar anda sangat kami harapkan :